Laman

.




“Bagiku tak ada hal yang lebih menggembi-rakan selain bertemuh dengan Allah,lalu sesudah itu memantulkan Cahaya wajah-Nya kepada orang lain”. Demikian ungkapan Beethoven tentang perasaannya setiap kali ia mengurung diri dan menghasilkan sebuah karya musik.
Ludwig Van Beethoven (1770-1827) seorang anak Tuhan yang tela memantulkan cahaya Tuhan lewat karya musik yang abadi sampai saat ini. Ia telah mengarang ratusan sim-foni, kuartet, sonata, variasi, kantata, dan masi bayak lagu Gereja serta lagu umum. Ia mulai belajar piano pada usia empat tahun dan pa-da usia dua belas tahun ia menjadi organis gereja.
Setiap kali ia berhasil menyelesaikan sebuah karangan ia keluar ruangan dengan rasa girang. Ia merasa telah melihat cahaya ilahi,dan ingin memantulkan cahaya itukepa-da orang lain melalui karya musiknya.”kulit mukanya bercahaya oleh arna ia telah ber-bicara dengan Tuhan” (Kel.34:29-35).
Sepanjang hidupnya Beethoven menderita rupa-rupa penyakit. Yang paling menyed-ihkan adalah gangguan pendengarannya pa-da usia 28 tahun dan kian lama kian parah. Ia memimpin konser,tapi Ia sendiri tidak bisa mendengarnya. Pada usia 44 tahun ia men-jadi benar-benar tuli,dan sejak itu ia tidak pernah tampil lagi di panggung .ia berkarya di rumah.bahkan ketika ia menciptakan lagu Ka-mi Puji Dengan Riang ia dalam keadaan tuli. Beethoven juga kesulitan keu-angan,walaupun ia mengaran banyak karya musik,namun ia miskin.ia sering mengga-daikan barang untuk menyambung hidup. Ia menulis “meskipun karanganku banyak diter-bitkan, namun aku tidak bisa hidup dari ka-ranganku”. Pernah ia diminta oleh raja untuk mengarang namun ia tidak di bayar. Pikiranku memang melayang tinggi pada kea-gungan ilahi, namun aku juga memikirkan ongkos hidupku. Anda tahu bahwa aku mengarang bukan untuk mencari uang, na-mun aku perlu biaya berobat.
Dunia baru tahu mengetahui kepahitan hidup Beethoven setelah surat-suratnya dipublikasi-kan dalam buku biografi Beethoven karangan Maynart Solomon. Masa lanjut usia Beetho-ven sepi. Ia memang lebih suka menyendiri untuk mengarang daripada bergaul dengan orang-orang. Pada usia 57 tahun kesehatannya sangat menurun setelah ia keluar masuk rumah sakit. Ia terkapar lemah di ranjang ketika menerima sakramen tera-khir. Pada petang itu halilintar menyambar-nyambar dan menggelegar. Semua orang di ruangan itu terkejut dan menutup telinga ka-rena guntur menggeledek. Tetapi Beethoven yang sudah tuli itu sama sekali tidak ter-ganggu. Ia tenang. Ia tampak tersenyum. Ia tidak mendengar apa-apa. Atau mungkin ia justru sedang mendengar sesuatu yang lain. Mengkin ia sedang mendengarkan paduan suara malaikat yang menyanyikan sebuah lagu ciptaannya untuk menyambut dipintu ru-mah Bapa Sorgawi. (Andar Ismail, Seri Selamat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar